zaterdag 11 februari 2017

Waspada menerima informasi tentang bahan pangan lewat media sosial

Sejak teknologi media yang memungkinkan orang memiliki smartphone, informasi mengalir bagai air yang terus menerus mengalir. Informasi itu kadang memiliki sumber yang jelas tapi sebagian besar tidak terlihat dan sulit melacak sumbernya. Banjir informasi yang terus menerus mengalir itu akan membuat bingung jika kita tidak memiliki filter dan kearifan untuk menyikapinya.

Dulu sumber informasi terbatas pada media cetak seperti koran, majalah dan buku. Juga media elektronik seperti radio dan televisi. Media telefoon menjadi sarana berkomunikasi antar orang. Saat ini, dengan adanya internet, kita bisa mengakses informasi dengan mudah dan dengan jumlah tak terbatas. Kita juga bisa mengakses informasi setiap saat.

Sayang sekali, selain informasi yang bisa dipercaya ada banyak sekali berita dan informasi yang tidak bisa dipercaya. Di satu sisi ini, kita perlu waspada akan informasi yang bertebaran dan memasuki ranah kehidupan kita. Salah satu informasi yang sering diterima adalah informasi tentang manfaat berbagai macam sayuran, tanaman, biji-bijian dan bahan pangan lainnya. Sebagai contoh adalah informasi yang diterima lewat whatsApp tentang manfaat pete dan kenikir. Informasi semacam itu selain memaparkan manfaat bahan pangan sebagai sumber serat, vitamin dan mineral juga bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit.

Ketika menerima informasi seperti itu, muncul beberapa macam pertanyaan seperti berikut: benarkah? bagaimana dan siapa yang telah meneliti khasiat bahan pangan tersebut? jika benar bahan pangan tersebut memiliki khasiat seperti yang dipaparkan dalam postingan itu, berapa takarannya dan bagaimana mengkonsumsinya? adakah efek samping dari bahan pangan itu selain manfaat positifnya?

Saya percaya bahwa bahan pangan yang kita konsumsi itu merupakan hasil dari seleksi nenek moyang kita selama berabad-abad. Dengan mengkonsumsi bahan pangan yang bervariasi, kita akan memiliki tubuh yang sehat. Ada bahan pangan yang telah diuji coba secara turun menurun sebagai sumber obat-obatan. Contohnya adalah jamu yang diolah dari rempah-rempah.

Selain uji coba yang telah dilakukan secara tradisional. ada pula para ilmuwan yang menguji coba dan mencari obat dari bahan pangan. Sebagai contoh adalah kurkuma yang diuji khasiatnya oleh salah satu universitas Amsterdam. Kita tunggu hasil penelitiannya.

Bagaimana dengan informasi yang kita terima lewat media sosial? mari kita waspada dan berhati-hati untuk mempercayainya. Kita tidak mengetahui sumber penulisnya. Selain itu, tidak diketahui kebenarannya. Bisa saja, penulis itu hanya mengcopy dan memasukkan informasi yang tidak benar.

Mari mempercayai informasi yang mencantumkan sumber yang bisa dipercaya. Sumber yang tercantum dengan jelas dan bisa dihubungi sehingga bisa mempertanyakan kebenaran informasinya.

****have a good weekend***

Salam hangat,
dp


Geen opmerkingen:

Een reactie posten