vrijdag 17 juni 2016

Sayuran yang diawetkan

Dalam panduan lembaga pusat makanan Belanda dianjurkan juga untuk mengkonsumsi sayuran yang diawetkan. Pertama kali membaca tentang sayuran yang diawetkan untuk dikonsumsi mengundang tanda tanya tersendiri. Mungkin ini disebabkan, saya dulu tidak pernah mengkonsumsi sayuran yang diawetkan. Di Indonesia tersedia berbagai macam sayuran segar setiap hari dan sepanjang tahun.

Berbeda dengan daratan Eropa yang mengenal musim dingin sehingga tidak setiap saat menemukan sayuran segar. Kita bisa mengenal berbagai macam jenis pengawetan sayuran di Eropa. Mulai dari sayuran yang diasinkan, diasamkan, dikalengkan sampai dibekukan.

Lembaga pusat makanan Belanda menganjurkan sayuran segar sebagai pilihan pertama. Tapi kalau tidak ada sayuran segar, kita bisa mengkonsumsi sayuran yang diawetkan. Tapi ada tapinya, sebaiknya sayuran yang diawetkan itu sayuran yang diawetkan tanpa tambahan gula dan garam.

Sayuran yang diawetkan secara benar bisa menjadi alternatif baik bagi kita karena sayuran tersebut sama sehatnya dengan sayuran segar. Bedanya, sayuran yang sudah diawetkan dalam kaleng dan gelas akan mengandung lebih rendah vitaminnya daripada sayuran segar. Sementara sayuran yang dibekukan akan mengandung vitamin sebanyak sayuran segar.

Sayuran yang dibekukan itu melalui proses pembekuan yang sangat cepat sehingga kandungan vitaminnya sama banyak dengan sayuran segar.


Geen opmerkingen:

Een reactie posten