vrijdag 15 juli 2016

Mengapa tidak memasak sendiri?

Ada sebuah reaksi yang menyentil tulisan-tulisan di blog ini. Memang, ada benarnya juga dia menyentil. Mengapa susah payah memasak jika bisa membeli makanan di luar dengan mudah dan murah? mengapa repot-repot berbelanja, memasak dan membersihkan dapur dan peralatan memasak?

Jaman sudah berubah, katanya. Waktu sangat berharga untuk memasak. Lebih baik waktunya dipakai untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat daripada memasak.

Reaksi itu membuat saya merenung beberapa hari.

Saya bisa memahami reaksinya. Dulu ketika bekerja di Yogya, saya juga lebih jarang memasak daripada saat ini. Pada waktu itu, suasana dan kondisi memang tidak kondusif untuk memasak. Mungkin kini, kondisi lebih tidak kondusif lagi untuk memasak sendiri.

Dulu, ibu dan almarhum bapak yang lebih sering memasak. Saya cukup membantu dan kadang-kadang saja memasak. Setelah menikah, saya memasak juga tapi frekuensinya tidak sesering sekarang.

Kini, saya tidak bekerja seperti dulu sehingga lebih banyak memiliki waktu untuk memasak. Mungkin ini yang membedakan.

Tapi benarkah?

Ada begitu banyak orang yang bekerja keras tapi tetap memasak.

Ketika saya bekerja di Belanda, saya juga memasak sendiri. Kegiatan memasak itu menjadi waktu untuk relaksasi. Saya bahagia ketika memasak. (Tapi jujur saja, saya juga sering bingung untuk memilih menu).

Memang sentilan itu masih menjadi bahan renungan ...

Selamat menikmati akhir pekan.

Salam dari desa pinggir sungai IJssel

Geen opmerkingen:

Een reactie posten