Ketika pindah ke negeri dingin Belanda, diikuti oleh beberapa konsekuensi. Tidak hanya menjadi ´sendiri´, jauh dari sanak keluarga dan handai taulan, juga dengan jauhnya dari kehangatan sinar mentari. Betapa tidak? Ketika musim dingin dan gugur yang jarang memiliki sinar mentari, hari-hari menjadi kelabu, dingin dan paparan sinar mentari sangat berkurang.
Di saat musim dingin ini, banyak sekali orang yang merasa tidak bahagia dan tidak jarang yang menderita sakit depresi. Untuk menghindari kondisi ini, ada yang berlibur ke negara yang kaya sinar mentari. Ada pula yang pergi ke gerai layanan sinar UV biar memiliki kulit yang cerah kecoklatan. Dan tentu agar bisa merasakan kehangatan sinar mentari buatan.
Dulu, di tahun-tahun pertama, saya tidak memahami betapa pentingnya sinar mentari dalam kehidupan kita karena tidak perlu menunggu berbulan-bulan kehadirannya. Setiap pagi mentari akan terbit dan menyinari kita di Indonesia dengan setia. Dengan kehadirannya yang setia setiap saat itu, saya menjadi tidak menghargainya. Kini, kehangatan mentari Indonesia menjadi sebuah hal yang tidak bisa dijangkau dengan mudah.
Dulu, saya seringkali menghindari paparan sinar mentari yang terasa menyengat. Kini, setiap kali ada sinar mentari, saya akan keluar dan menikmatinya dengan bersyukur. Tidaklah mengherankan kalau kulit saya semakin mencoklat. Terlebih di saat musim semi dan musim panas. Paparan sinar mentari di negeri ini sangat kuat dan hampir setiap hari keluar dan terkena paparannya.
Sinar mentari sangat penting bagi tubuh kita. Dengan bantuannya, tubuh akan membentuk vitamin D yang sangat diperlukan bagi tubuh. Oleh karena itu, sangat dianjurkan bagi penduduk Belanda untuk setidaknya keluar dari rumah, berjalan-jalan di sekitar rumah agar menerima paparan sinar mentari. Jika tidak mencukupi, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin D.
Anjuran mengkonsumsi vitamin D ini lebih ditekankan juga ke warga Belanda yang berasal dari negara tropis yang berkulit tidak putih. Mengapa? karena asupan vitamin D bagi kelompok warga ini jauh lebih besar daripada asupan vitamin D dari kelompok warga lainnya.
Pemerintah juga menganjurkan agar warga yang memakai pakaian sesuai agamanya lebih memperhatikan asupan vitamin D. Dengan menggunakan pakaian yang menutupi sebagian besar tubuh, asupan sinar mentari jauh lebih sedikit daripada mereka yang berpakaian pakaian jenis lainnya. Terlebih lagi, sebagian besar di antara mereka lebih banyak berada di dalam rumah.
Apakah hal itu hanya terjadi di negeri 4 musim? ternyata tidak. Dari beberapa artikel yang pernah saya baca, banyak sekali warga negara di negeri tropis menderita kekurangan vitamin D. Lha kok bisa?
Hal itu bisa saja terjadi. Ketika orang menghindari paparan sinar mentari, resiko kekurangan vitamin D sangat besar. Ada orang yang menghindari paparan sinar mentari agar tetap cantik, takut menjadi hitam dan kusam atau ada orang yang pergi ke tempat kerja sebelum matahari terbit dan pulang ketika mentari sudah berada di peraduannya. Selain itu, aktivitas di luar semakin berkurang. Orang lebih suka menghabiskan waktu di dalam ruangan seperti toko dan mall daripada di lingkungan luar.
Mari kita perhatikan diri kita. Apakah asupan vitamin D kita cukup? luangkan waktu untuk menikmati sinar mentari. Nikmati kehangatan sinar mentari pagi dengan penuh syukur. Dengan demikian, tidak perlu membeli vitamin D buatan. Cukup keluar dan nikmati sinarnya dengan bahagia.