maandag 18 december 2017

Nikmati dan kerjakan saat ini

Festival Indonesia berakhir hari sabtu malam kemarin. Salah satu orang yang tampil di malam itu adalah perempuan cantik Indonesia yang pintar menyanyi. Saya mengagumi penampilan dia. Bangga melihat dia yang bisa menyanyi dengan merdu. Dulu, saya pernah sedih karena tidak bisa menyanyi sementara adik-adik, kakak dan bahkan bapak ibu pinter menyanyi. Saya? tidak bisa menyanyi. Sekarang perasaan itu tidak ada lagi. Peran saya bukan untuk menyanyi tapi berperan sebagai penonton. Kalau semua jadi penyanyi, siapa yang akan menonton?

Setelah festival selesai, secara kebetulan saya bertemu dengan penyanyinya. Kami berbincang-bincang dan saling berbagi kabar. Sebenarnya saya sudah mengenalnya sejak lama, lebih dari 10 tahun yang lalu ketika dia masih remaja. Setelah dia pindah ke luar kota, kami tidak pernah bertemu lagi. Kini dia tampak dewasa.

Dalam obrolan itu, kami berbincang tentang beberapa hal yang penting. Di antaranya adalah tentang hidup di rantau dan tentang pencarian jati diri. Penyanyi itu tidak muda lagi, saya kira sudah di atas 25 tahun. Dia masih berada dalam perjalanan mencari jati diri dan masih terus bergulat untuk mencari ¨ruangan ¨di negeri rantau ini. Dia datang ke Belanda bersama orangtuanya. Meskipun sudah lebih dari 25 tahun, dia masih belum mampu untuk berakar dan menikmati hidupnya seperti yang dia harapkan.


Ada yang berperan sebagai pemusik dan di sisi lain, sebagai penonton


Memang hidup di rantau tidaklah selalu mudah. Seakan berpijak di dua dunia karena perantau memiliki riwayat hidup di negeri asal dan kini hidup di negeri yang baru. Kegelisahan itu pernah juga saya alami. Kalau tidak kuat, hidup di rantau akan membawa tekanan jiwa tersendiri.

Sebelum berpisah, saya ceritakan ke penyanyi itu tentang pengalaman saya. Satu hal yang penting adalah menikmati apa yang kita hadapi dan kita miliki saat ini. Bersyukur tentang diri kita, menerima diri kita tanpa perlu menghakimi diri dengan keras (tidak cantik, tidak pintar, tidak bisa ini itu dst). Hakim paling keras biasanya adalah diri kita sendiri. Akibatnya, kita tidak mampu untuk menikmati hari-hari dengan bahagia.

Menghargai diri sendiri dengan jujur sangat perlu. Menghargai tanpa menjurus ke pemujaan diri berarti menghargai diri sendiri dengan seimbang. Berdamai dengan diri juga perlu. Tanpa hal ini akan sulit untuk menjadi diri dan akan terus berusaha mencari jati diri. Mengapa terus mencari sementara yang dicari ada dalam diri kita?

Hargai kemampuan diri, lihat betapa merdunya suaramu. Lihat penampilanmu tadi yang memukau penonton? itu sebuah talenta yang luar biasa. Kita sehat, bisa berjalan dengan baik. Lihat mereka yang sakit dan tidak bisa bergerak. Lihat diri kita yang masih bisa tersenyum, berlari ke sana kemari, aktif setiap hari.

Saya mencoba memperlihatkan ke dia untuk tidak perlu mencari-cari lagi. Tidak perlu lagi berandai-andai mengerjakan sesuatu di masa depan. Mari kita nikmati apa yang kita hadapi saat ini dengan penuh syukur. Mungkin hal ini sangat mudah untuk diomongkan. Dalam kondisi kejiwaannya, hal ini memerlukan proses yang cukup lama. Saya berharap agar dia bahagia dan tidak perlu gelisah lagi.

Ketika kami berpisah, dia mengatakan untuk bisa berbincang lagi di masa depan.

*be yourself °°° don´t jugde and punish yourself unfairly

Geen opmerkingen:

Een reactie posten