dinsdag 7 oktober 2014

Grow your own vegetables




Sejak kecil saya sudah mengenal warung hidup. Rumah kami ada di sebuah desa yang memiliki kebun yang luas dan kami juga memiliki sawah sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tinggal mengambil dari kebun sendiri. Sangat organik, sehat dan murah. Tidak diperlukan bahan pengawet atau lemari pendingin (koelkast).

Setelah tinggal di sebelah kampus, kami tidak memiliki kebun yang luas lagi. Tapi kami masih tetap bisa mengambil beras, sayuran, buah-buahan dan kelapa dari desa. 

Sekarang setelah tinggal di negeri kincir angin ini, selera desa masih tetap ada. Inginnya menanam sendiri sayuran di kebun yang luas. Tapi apa daya, saya tidak mampu untuk mengelolanya. Di sebelah desa di mana saat ini saya tinggal, ada kebun-kebun yang disewakan untuk umum. Orang bisa menyewa dan menanam sendiri sayuran misalnya. Tetangga kanan kiri sudah memiliki kebun itu. Mereka bekerja berdua.

Saya sendiri tidak bisa kalau tidak ada teman. Berat sekali mengelola kebun itu kalau hanya sendirian.

Untuk tetap bisa menyalurkan keinginan, saya menanam sayuran di kebun mungil di belakang rumah. Di tahun ini, saya menanam bayam nasi, kenikir, kemangi, tomat, dan kangkung.
Sayang sekali, musim semi dan panas tidak selamanya ada. Di saat menghadapi musim gugur dan dingin ini, saya harus menyelamatkan tanaman-tanaman itu.

Pertama, saya pindahkan tanaman ke dalam pot-pot. Tanah yang dipakai adalah tanah yang sudah memiliki pupuk dan serat yang cukup.
Kedua, saya usahakan agar tanaman itu mendapat sinar matahari yang cukup.
Ketiga, berdoa agar tanaman itu bertahan hidup sampai tahun depan. (-;




Geen opmerkingen:

Een reactie posten